Mengurus STNK Hilang: Sebuah Curhat

Saya mau cerita sedikit. Kemarin (26/3), saya mengurus STNK motor yang hilang di Samsat Jakarta Selatan. Tidak, STNK saya tidak hilang di Samsat. Ya paham lah ya. Tapi, karena saya sedang malas menulis tapi tetap ingin cerita, saya buat ceritanya dalam bentuk poin saja. Ini dia.

1. Saya berangkat lumayan pagi, jam 8 lewat.

2. Selain STNK hilang, saya juga mau urus mutasi STNK tersebut, dari Jaksel ke Tangerang Selatan.

3. Ternyata Samsat Jaksel satu komplek dengan Polda Metro Jaya. Setidaknya begitulah pemahaman saya.

4. Parkiran motornya juga luas.

5. Saya masuk ke gedung Samsat dan bingung. Inilah potret buruknya pelayanan masyarakat di Indonesia. Masyarakat yang belum pernah sekalipun mengurus surat di Samsat ini harus bertanya ke satpam (atau bagian informasi) untuk mengetahui harus apa di mana. Tidak ada informasi yang jelas tentang fungsi masing-masing loket yang ada. Semua seadanya.

6. Saya diputar-putar. Menurut satpam, untuk mengurus mutasi saya harus ke gedung biru yang saya lupa namanya. Oke saya ke sana. Sesampainya di sana, saya diberitahu oleh polisi yang berjaga bahwa urus mutasi bisa meskipun STNK hilang. Saya disuruh ke lantai dua. Di lantai dua, ternyata saya harus membuat berita acara, dan itu dilakukan di gedung Samsat. Petugas juga tidak ramah.

7. Kembali ke gedung Samsat, saya bertanya pada satpam lagi tempat membuat berita acara. Ternyata ada di loket pojok. Oke saya ke sana. Sesampainya di sana, saya malah disuruh ke loket ujung satunya lagi untuk apa saya lupa. Sesampainya di sana, ternyata saya harus lapor pajak atau apa saya lupa, di loket Bank DKI di tengah. Setelah itu saya ke basemen untuk mengurus sesuatu lagi, baru kembali ke loket pojok (kedua), lalu kembali ke loket berita acara.

8. Di loket berita acara, ternyata petugas minta fotokopi kartu keluarga karena STNK yang diurus adalah atas nama ayah saya. Dua jam sia-sia.

9. Akhirnya saya memutuskan pulang saja. Di parkiran motor, saya menyadari bahwa helm saya sudah tidak di tempatnya.

10. Saya bertanya pada penjaga penitipan helm, nihil. Saya bertanya pada polisi jaga, dan ditawarkan helm bekas yang ternyata juga tidak ada. Bayangkan, helm saya hilang di kantor polisi.

11. Saya pun terpaksa ke Pasar Bendungan Hilir karena kata salah satu polisi ada yang jual helm di sana. Sampai di sana, saya bertanya pada tukang duplikat kunci. Katanya ada yang jual helm di dekat Mess Polwan. Harus naik bemo. Ya sudah saya nurut karena sudah lelah sekali. Terbeli lah helm pinggir jalan seharga 170 ribu. Saya kembali ke Samsat naik TransJakarta dan pulang.

Sudah ya itu saja. Saya benar-benar iri nih dengan sistem informasi public service di Inggris Raya.

3 pemikiran pada “Mengurus STNK Hilang: Sebuah Curhat

  1. lantas harus apa yang kita lakukan agar pelayanan publik dinegara ini menjadi lebih baik? semoga negri ini menjadi lebih baik dalam segala hal. salam santun dari kami http://wp.me/4Ciil

Tinggalkan Balasan ke dikasatrio Batalkan balasan